HUJAN
HUJAN
Malam ini kamis, 4 Desember 2013, jam 21.28. Aku baru pulang dari
Teater Institut, saat ku tiba dan baru
saja melatakkan tubuhku dalam kasur yang
bisa di bilang cukup semlohay ini, tiba-tiba ku dengar suara merdu dari alam
bola pejal ini. Pelan, pelan dan pelan. Riuh, riuh, dan riuh. Terus, semakin
lama semakin jelas. Perlahan tapi pasti suara hujan lembut membisikkan damainya
kepadaku. Entah mengapa saat hujan turun aku selalu merasa damai, bunyi
tambunan air bernyanyian merdu di sela sela koklea kedua telingaku, sentuhan
dingin partikel hujan mampu mengobati rasa lelahku. Hmm, indah juga jika aku
mengilhami hujan yang di turunkan malikat Mikail ini, fikirku. Ku tatap awan
yang nampak gelap dari celah-celah jendela kaca yang sudah mulai berkarat dan
rapuh, tembok tembok yang sudah mulai retak, dan cat yang mulai bosan
menempelkan dirinya alias rontok. Lama –
Tiba-tiba teringat memoriku akan sebuah buku tentang “Bintang” entah apa
judulnya, aku lupa. Salah satu kalimat yang sampai saat ini aku ingat adalah
bahwa cahaya bintang yang kita lihat saat ini bukanlah cahaya yang ia pancarkan
saat ini juga,melainkan cahaya ribuan tahun yang lalu, hal itu di karenakan
jarak bintang yang sangat jauh dengan bumi.
Huh, apakah bintang tidak
bosan berjalan ? apakah ia tidak lelah ? ribuan tahun dengan kecepatan
cahyanya menggapai bumi ?
Mungkin bintang juga tidak tahu, ia hanya melaksanakan Kalam dari
Rabb-nya untuk memeberikan sedikit sentuhan manik-manik indah pada atmosfer
bumi, yang menyulap malam gelap menjadi tampak indah. Aku ingin seperti dia,
aku tak ingin lelah sampai ku temukan tempat untuk ku berikan sedikit cahaya yang ku punya.
Tapi, bagaimana jka hujan tiba seperti malam ini ? bukankah ia tak nampak?
Bahkan mungkin menghilang ? apakah hujan telah membawanya pergi untuk selamanya
? entah, akupun tak tahu. Merenung ku dalam hati. Lama-
Perlahan hujan pun mulai reda, hanya tersisa tetesan air yang
memberikan vibrasi pada seng atap rumah, banyak, dan bergantian. Dari satu sisi
ke sisi yang lain, tak teratur tapi damai, berlarian manja dalam hatiku. Pelan,
dan pelan. Menghilang dan semakin menghilang. Hanya lembab yang tersisa. Namun
langit kembali cerah.
Kupandangi lagi langit melalui jendela, ku fokuskan pandanganku pada
satu sisi, terlihat setitik cahaya. Apa itu? Fikirku.
Bintangkah? Ya. Memang benar itu bintang. Tapi aku masih ragu,
dengan cermat ku teliti memandangi, perlahan ku putar wajahku dan memang benar,
bintang telah muncul kembali, ku hitung puluhan, ah bertambah ,ratusankah?
Masih bertambah lagi,ribuan? Bertambah lagi, banyak dan banyak. Tak mampu ku
hitung, bertaburan, indah. Cahaya-nya yang tak konstan seakan mengisyaratkan kerlingkan
matanya ke padaku, hihi. Sepertinya ia ingin mengajakku bermain pada rotasi
langit bumi.
Sekarang aku mengerti hujan dan bintang, mereka saling bergantian
mengilhamiku, memberikan ku kedamaian dan kerlingan. Dua hal yang berbeda, tapi
mempunyai tujuan yang sama yakni “ Mengilhamiku”
Ckckck ...
ReplyDeleteenek opo mas ?? :)
ReplyDelete