HUJAN Malam ini kamis, 4 Desember 2013, jam 21.28. Aku baru pulang dari Teater Institut, saat ku tiba dan baru saja melatakkan tubuhku dalam kasur yang bisa di bilang cukup semlohay ini, tiba-tiba ku dengar suara merdu dari alam bola pejal ini. Pelan, pelan dan pelan. Riuh, riuh, dan riuh. Terus, semakin lama semakin jelas. Perlahan tapi pasti suara hujan lembut membisikkan damainya kepadaku. Entah mengapa saat hujan turun aku selalu merasa damai, bunyi tambunan air bernyanyian merdu di sela sela koklea kedua telingaku, sentuhan dingin partikel hujan mampu mengobati rasa lelahku. Hmm, indah juga jika aku mengilhami hujan yang di turunkan malikat Mikail ini, fikirku. Ku tatap awan yang nampak gelap dari celah-celah jendela kaca yang sudah mulai berkarat dan rapuh, tembok tembok yang sudah mulai retak, dan cat yang mulai bosan menempelkan dirinya alias rontok. Lama – Tiba-tiba teringat memoriku akan sebuah buku tentang “Bintang” entah apa judulnya, aku lupa. Salah satu kal
Comments
Post a Comment